KELOMPOK 4 MANAJEMEN PAGI A - Penerapan Manajemen Risiko Pada PT. Lion Air

By dffebri112 | Updated: Dec. 14, 2024, 9:02 a.m.

Slideshow Video

SHARE THE AWESOMENESS

MANAJEMEN RISIKO Penerapan Manajemen Risiko Pada PT. Lion Air (Perusahaan Sektor Transportasi) KELOMPOK 4 MANAJEMEN PAGI A DWI FEBRIYANTI (22106193) ZIRA NURIA (22106151) NAWI ALICIA NAPITUPULU (22106121) TASYA FANI JAYANTI (2106212)

Education

create your own animated videos for free

_abc cc

* Powtoon is not liable for any 3rd party content used. It is the responsibility of each user to comply with 3rd party copyright laws.

Embed code

Select a size, the embed code changes based on your selection.

_abc Powtoon Transcript

Penerapan Manajemen Risiko Pada PT. Lion Air
(Perusahaan Sektor Transportasi)

KELOMPOK 4
DWI FEBRIYANTI
22106193
NAWI A. NAPITUPULU
22106121
TASYA FANI JAYANTI
22106212
ZIRA NURIA
22106151
 PT Lion Mentari Airlines beroperasi sebagai Lion Air adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berpangkalan pusat di Jakarta, Indonesia. Lion Air didirikan tanggal 15 November 1999 oleh Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana dan beroperasi tanggal 30 Juni 2000. 
Lion Air merupakan salah satu maskapai swasta terbesar di Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Australia, India, Arab Saudi dan Jepang, serta rute charter menuju Cina, Hongkong, Korea Selatan dan Maluku. 
Lion Air Flight 610 pada tanggal 28 Oktober 2018, yang mengakibatkan kematian 189 orang di pesawat. Insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dan keandalan pesawat dan perusahaan secara keseluruhan. 
Kecelakaan pesawat Lion air JT610 Boeing 737 MAX 8 terjadi pada tanggal 29 Oktober 2018 sekitar pukul 06.20. Rute Jakarta – Pangkal Pinang. Total penumpang dan kru 189 orang ( 181 penumpang dan 8 kru ), semua penumpang dan kru tewas dalam kecelakaan ini. 
                              Kronologi 
Pesawat lepas landas dari Jakarta sekitar pukul 06:20 wib. Tidak lama setelah lepas landas, pesawat mengalami masalah teknis dan mulai mengalami penurunan ketinggian secara tidak terkendali. Pilot berusaha mengembalikan pesawat ke Bandara Seokarno-Hatta namun tidak berhasil. Pesawat jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, sekitar 13 menit setelah lepas landas

Masalah utama ditemukan pada sistem Manuevering Characteristics Augmentation System (MCAS), yang secara otomatis menurunkan hidung pesawat berdasarkan data sensor yang salah.

Sensor AOA (Angle of Attcak) memberikan data yang tidak akurat, yang memicu MCAS untuk mengarahkan hidung pesawat ke bawah.

Pilot tidak dapat mengatasi dorongan otomatis dari MCAS meskipun sudah berusaha keras

Faktor lain termasuk kurangnya pelatihan dan pemahaman pilot mengenai sistem MCAS dan prosedur yang diperlukan untuk menangani situasi tersebut

PENYEBAB KECELAKAAN
Penerapan Manajemen Risiko Pada PT Lion Air 
Identifikasi Risiko

Investigasi Menyeluruh : mengidentifikasi bahwa sistem MCAS dan data sensor yang salah merupakan risiko utama yang menyebabkan kecelakaan.

Audit dan Inspeksi : Pemerikan menyeluruh terhadap pesawat Boeing 737 MAX lainnya untuk mengidentifikasi potensi masalah serupa.
2. Evaluasi Risiko

Analisis Data Penerbangan : Analisis data dari kotak hitam dan perekam suara kokpit untuk memahami sepenuhnya faktor-faktor teknis dan operasional yang menyebabkan kecelakaan.

Penilaian Prosedur Operasional : Evaluasi terhadap prosedur operasional dan pelatihan pilot yang ada untuk menilai mereka menangani masalah terkait sistem MCAS.

3. Mitigasi Risiko
Perbaikan Teknologi : Boeing melakukan pembaruan perangkat lunak pada sistem MCAS untuk memastikan sistem tidak akan aktif secara tidak tepat.

Peningkatan Pelatihan : Program pelatihan pilot diperbarui untuk memastikan bahwa pilot memahami cara mengatasi masalah yang terkait dengan sistem MCAS.

Prosedur Darurat : Pembaruan prosedur darurat untuk pilot dalam menangani kegagalan sistem.

4. Implementasi dan Pengawasan

Grounding Pesawat : Seluruh pesawat Boeing 737 MAX di-grounded di seluruh dunia hingga pembaruan sistem selesai dan dianggap aman untuk terbang.

Regulasi Baru : Otoritas penerbangan seperti FAA dan EASA mengeluarkan regulasi baru untuk proses sertifikasi pesawat dan sistem penerbangan, memastikan prosedur yang lebih ketat dan transparan

5. Komunikasi dan Pelaporan

Transparansi Informasi : Komunikasi yang terbuka dengan publik dan keluarga korban mengenai hasil investigasi dan langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan keselamatan.

Pelaporan Keselamatan : Otoritas penerbangan memastikan bahwa semua temuan investigasi dan langkah mitigasi didokumentasikan dan dilaporkan dengan jelas.

6. Tinjauan dan Penilaian Berkelanjutan

Audit Berkala : Melakukan audit berkala terhadap pesawat yang telah diperbaiki untuk memastikan bahwa semua langkah mitigasi diimplementasikan dengan benar dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Evaluasi Proses Pelatihan : Tinjauan berkelanjutan terhadap efektivitas pelatihan pilot dan prosedur darurat.
Setelah kecelakaan ini, Boeing 737 MAX 8 di-grounded (dilarang terbang) diseluruh dunia untuk inspeksi dan modifikasi.

Boeing melakukan perbaikan pada sistem MCAS dan prosedur pelatihan pilot untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.

Insiden ini meningkatkan perhatian global terhadap pentingnya keselamatan penerbangan dan transparasi dalam sertifikasi pesawat baru.

Dampak dan Tindakan Setelah Kecelakaan
Penanganan Kasus
OPERASI PENYELAMATAN DAN PENCARIANINVESTIGASIGrounding Boeing 737 MAXPerbaikan dan Pembaruan PelatihanKompensasi dan Dukungan bagi Keluarga KorbanRegulasi dan Kebijakan Keselamatan
TERIMAKASIH

KELOMPOK 4 MANAJEMEN PAGI A - Penerapan Manajemen Risiko Pada PT. Lion Air

Copy this link to share with friends and colleagues:

WELCOME TO POWTOON!