Konteks Sosio Kultural dan Pemikiran KHD (1)

By nafiah.altafunnisa | Updated: Aug. 21, 2024, 11:42 a.m.

Slideshow Video

SHARE THE AWESOMENESS

Copy of Video ini berupa pemaparan intisari Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan, yang merupakan tugas modul 1.1 Calon Guru Penggerak

Education

create your own animated videos for free

_abc cc

* Powtoon is not liable for any 3rd party content used. It is the responsibility of each user to comply with 3rd party copyright laws.

Embed code

Select a size, the embed code changes based on your selection.

_abc Powtoon Transcript

Ruang Kolaborasi Modul 1.1
Ruang Kolaborasi Modul 1.1
Unggah-Ungguh
Unggah-ungguh/sopan santun/tatakrama adalah sikap yang ditunjukkan dalam membawa diri di masyarakat yang selalu memperhatikan ucapan atau bahasa dan tingkah laku untuk menghargai dan menghormati orang lain.
S.Soemiati Soetjipto mengartikan unggah-ungguh sebagai pola tingkah laku manusia yang beradab, dan menyamaartikannya dengan istilah sopan santun, yaitu suatu peradaban lahiriah yang mencakup semua tindakan manusia yang keluar dari kesadaran dan selera baik.
Unggah-ungguh dalam Aspek Bahasa
Dalam unggah-ungguh berbahasa maka pilihan bahasa yang kita gunakan harus tepat. Dalam ungkapan Jawa disebutkan ”ajining diri saka ing lathi” yang artinya harga diri seseorang dapat dilihat dari lidahnya (cara bicara). 
Agar seseorang di dalam berkomunikasi selalu sesuai dengan unggah-ungguh, maka harus memperhatikan siapa yang berbicara, siapa yang diajak berbicara, siapa atau apa yang dibicarakan, waktu ketika berbicara, tempat ketika berbicara, dan suasana ketika berbicara. 
Pemilihan bahasa seperti "Ngoko lugu", "Ngoko Alus", Krama lugu", atau "Krama Alus" harus kita perhatikan. Misalnya ngoko lugu digunakan untuk sesama teman yang sudah sangat akrab, orang tua kepada yang lebih muda. Ngoko Alus digunakan kepada orang yang sudah akrab,
namun masih saling menghormati. dst.
Unggah-ungguh dalam Aspek Pergaulan
Selain kemampuan dalam bertutur sapa dan pemakaian bahasa yang tepat, kita harus bersifat hormat atau andhap-asor (rendah hati) dalam bergaul dengan masyarakat. Seperti saling bertegur sapa saat berjumpa, ucapan "nderek langkung" sambil membungkuk saat melewati orang lain, ucapan maturnuwun (berterimakasih) saat diberi sesuatu, ucapan "kulonuwun" (permisi) ketika mengunjungi rumah orang, ucapan "nyuwun pangapunten" (minta maaf) ketika melakukan kesalahan, dll
Gotong Royong
Gotong royong merupakan sebuah kegiatan kerja sama dan saling tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan apapun. Kita adalah makhuk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, butuh bantuan orang lain dalam menjalani kehidupan. Bentuk kegiatan gotong royong dalam masyarakat bermacang-macam, seperti :
Sambatan                                    
2. Rewang (membantu tetangga yang                                                                      sedang punya hajat
3. Ronda malam                                        4. Kerja bakti

5.Membantu yang sedang terkena musibah, termasuk kematian

6. Menjenguk dan membantu tetangga yang sedang sakit
Unggah ungguh dan gotong royong adalah konteks sosio kultural/kearifan lokal yang berkembang di daerah Yogyakarta, yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu mengenai Budi Pekerti. Unggah-ungguh dan gotong royong akan membentuk manusia menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur/berkarakter baik
Kaitan antara Konteks Lokal Sosial Budaya dan Pemikiran KHD

Konteks Sosio Kultural dan Pemikiran KHD (1)

Copy this link to share with friends and colleagues:

WELCOME TO POWTOON!